Hari yang panjang, sarjana

11 Agustus kemarin akhirnya, Alhamdulillah aku sidang skripsi. Tepat satu tahun artinya proses panjang ku bergelut dengan skripsi. 
Proses aku acc judul bisa dikatakan sangat mulus. Tapi tidak untuk proses bimbingan. Alhamdulillah aku bersyukur sebenarnya dapat pembimbing yang sangat baik, lembut dan sabar. Hanya saja beliau susah ditemui. Beliau juga kadang nggak terllau sehat, karena umur beliau juga sudah nggak muda lagi. Alhasil aku bimbingan proposal hampir 4 bulan sampai akhirnya di acc. It's oke, Februari aku Alhamdulillah sempro. 
Setelah sempro aku langsung gass ngurus penelitian dong, ditemenin ibu (ibu terhebat, aku bilang ibu pembimbing skripsi kedua ku). Langsung aku olah data. Sampai akhirnya di bulan Maret aku langsung berburu dosen untuk bimbingan hasil. Lagi, bapaknya susah ditemui. Sampai akhirnya ada temen yang ngajak aku berjuang bersama (kami seperbimbingan, sama2 semangat membara untuk cepat2 kelarin semuanya). Saling bertukar info lah dimana bapak, kapan bisa bimbingan sampai akhirnya kami acc semhas. 
Aku gapernah seumur hidup merasa seberjuang ini. Dimana dalam pandemi seperti ini, aku tiap bimbingan harus bertemu langsung dengan dospem, Karena kondisi kesehatan beliau tadi nggak memungkin untuk bimbingan online. Sampai-sampai untuk ngasih bahan ujian kami harus print out, biar memudahkan bapaknya di hari ujian kami. 
Nah pas semhas ini, aku bener-bener merasa iba sama diri sendiri, dan temanku. Sore, kehujanan kami harus kerumah bapak buat ngantarkan bahan ujian. Mana temenku saat itu lagi demam. Kami sampai jatuh dari motor, kaki dan tanganku sampai hijau dan memerah. Ahh aku gapeduli sama rasa sakitnya, di fikiranku selain kasihan melihat diri kami, "ga seberapa dari sakitnya dibanding aku harus menunda wisuda lagi". Oke, semhas ku kelar dan Alhamdulillah lancar2 jiwa.
Temen ku parah sih kegigihannya, sampai-sampai menular ke aku. Dia cepat banget urusan revisian, jadi aku kecipratan semangat2 membara dengan bayangan wisuda September di depan mata. 
Akhirnya kami selesaikan dalam waktu yang ga sampai sebulan revisian. Dan menemui dosen dikampus, Alhamdulillah acc sidang skripsi. Lagi-lagi proses kami disirami berkah. Saat mengantarkan bahan kami kehujanan lagi, rasanya aku mau nangis sekencang2 nya ngerasa bangga aja sama diri sendiri, masih kuat dan tegar melewati semuanya. Sampai di hari.kami berdua sidang, dan Alhamdulillah sah sarjana. Aku nangis sejadi2nya saat diumumkan lulus, meskipun ada revisian. Tapi rasanya lega aja, setelah setahun lamanya berjuang. 
Intinya aku belajar dari temen ku, gaada yang gamungkin kalau kita sungguh2, terkadang perlu kegigihan dan perjuangan yang berat agar kelak bisa menghargai proses. Memang Allah menguji karena kita sanggup. Dibalik ujian yang berat ada nikmat luar biasa yang Allah anugrahkan. Ahh, teramat lemah aku mengeluhkan sesuatu yang padahal jika aku bersabar sedikit lagi, semua akan Allah indahkan. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tutorial Menggabungkan File SHP Menggunakan ArcGis

Cara memotong Shp di ArcGis anti stress

Cara memotong Shp Line (Jalan) sesuai batas Administrasi di ArcGis menggunakan Tool Clip