Drama Ujian SIG di bulan Ramadhan
Ujian SIG sebagai salah satu persyaratan sidang skripsi di jurusanku. Jadwalnya hanya sekali dalam sebulan.
Singkat cerita, di bulan maret lalu aku iseng ikut ujian bermodalkan nekad tanpa persiapan yang cukup matang. Alhasil, gagal.
Suatu malam di bulan Ramadhan, april, tiba-tiba salah satu temanku menginfokan kalau besok pagi jam 09.00 WIB diadakan ujian. Ibu meyakinkan aku untuk ikut. Lagi-lagi bermodalkan nekad dan tanpa persiapan matang, sekali lagi. Besoknya aku berangkat sangat pagi ke Padang. Karena suasana puasa plus covid, bus yang aku tumpangi agak terlambat otw. Sampailah dikampus hampir jam 10. An. Untungnya bapaknya juga baru sampai.
Tiba-tiba si bapaknya mengumumkan kalau yang bisa ikut ujian hari itu mahasiswa yang pertama kali ikut ujian, dan untuk yang mengulang diberi kesempatan besok pagi nya. Bukannya kesal, marah atau rasa menyesal tapi aku malah bersyukur Allah masih memberikan kesempatan untukku belajar lebih keras lagi. Yah walaupun ujian sig itu sebenarnya standar dan rasanya 97% persen anak geo itu bisa dikatakan mampu untuk sekadar proses umum dan sederhana dari pengoperasian arcgis, tetap saja kalau moment nya ujian belum tentu semua orang bermental kuat, alias ada yang grogian dll.
Sejujurnya aku tidak merencanakan sebelumnya untuk puasa sendiri dikosan, karena terasa aneh. Tapi Qadarullah, aku harus melawan rasa takut dan sepi itu.
Keesokan harinya, aku merasa sedikit lebih baik dan lebih siap. Lama menunggu dosenku tidak muncul-muncul. Ternyata ujian diundur sampai setelah sholat jum'at. Lagi aku bersyukur, bisa pulang kekosan untuk belajar lagi. Panas, jalan kaki bolak-balik kampus kosan, hanya gara-gara aku malas aja naik ojek kampus, haha.
Selepas sholat jum'at berbekal do'a restu dan harapan dari ortu dan keluarga aku yakinkan diri untuk kembali ke labor gis kampus. Lagi, bapaknya nggak datang-datang, aku kembali bersyukur masih ada waktu belajar. Sampai akhirnya bapaknya datang sesaat sebelum ashar.
Drama berikutnya, aku gak kebagian komputer. Untung saja ada junior ku yang berbaik hati, dia memakai laptop pribadinya dan mempersilahkanku menggunakan komputer labor. Alhamdulillah.
Tidak selesai sampai disitu, drama ujianku makin dramatis, saat ujian dimulai. Tiba-tiba mouse yang aku gunakan error, keringatku mengucur deras, tangan jadi kaku, perut semakin lapar, haus, maag yang menjadi-2 menghadirkan rasa mual yang bersangatan, kakiku gemetar hebat. Sepertinya ini grogi, mungkin karena aku gagal di awal jadi takut gagal sekali lagi, padahal di ujian pertama cukup tenang. Ahh rasanya saat itu aku ingin menyerah saja. Perlahan aku coba tenang, istighfar, baca ayat qursi, berdo'a meminta yang terbaik. Qadarullah aku bisa mengerjakan sampai selesai dengan kondisi seberat itu. Di nalar manusia rasanya itu udah sangat impossible. Tapi Allah selalu punya cara hebat dan mengagumkan untuk menolong hambaNya. Yaa rabb, aku masih tidak percaya sampai hari ini, kalau aku bisa melewati kondisi berat itu. Akhirnya aku lulus, Alhamdulillah.. :')
Komentar
Posting Komentar