Bapak Penjual Sostel
Seperti
biasa pulang kuliah aku memilih jalan terdekat, melewati fakultas Teknik dan
FBS. Sampai di gerbang sebelum persimpangan kosan, aku menghampiri penjual sostel dan membelinya. Awalnya Aku kesal sama si
bapak, karena sudah menunggu lama dan memesannya. Beliau malah minta aku menunggu sebentar untuk melanjutkan
gamenya yang lagi seru. Tapi akhirnya dia merasa kalau aku risih. Ya, aku tipe
orang yang nggak bisa mengontrol ekspresi wajah untuk berpura-pura baik-baik
saja.
Mulailah
bapak meracik bumbu sostel kemudian bertanya “udah pulang kuliah dek?”. “Udah pak”
jawabku ala kadarnya. Kemudian dia menanyakan aku semester berapa dan jurusan
apa. Aku jawab geografi pak. Aku fikir si bapak bingung. Karena biasanya
orang-orang yang aku temui masih awam dengan geografi. Sebelum bapak itu nanya
spontan aku jawab “ilmu yang mengkaji bumi pak”. Bapak itu mengangguk “Pemetaan
ya, bisa kerja di Bakosurtanal dong”. Aku jawab iya. “Sekarang BIG pak, Badan
Informasi Geospasial”. Si bapak yang masih saja sesekali menyentuh layar ponselnya
melanjutkan game yang tadi, “O, iya BIG ya. Baru ingat saya”.
Aku
curiga jangan-jangan bapak ini alumni geografi, kalau iya Aku bisa mencuri
banyak ilmunya. Dengan antusiasnya aku tanya “Bapak dulu juga kuliah di
geografi?”. Si bapak menjawab “Bukan
dek, saya nggak ada kuliah. Tapi saya pernah bekerja di Bakosurtanal, diajak
teman saya. Tiap ada proyek di Sumbar ini saya pasti ikut, ngambil data di
lapangan pakai GPS, seperti ambil titik koordinat, fasilitas umum, koordinasi
sama kelurahan kemudian diolah datanya menjadi peta, hehe.” Aku semaki tertarik
dengan pengalaman bapak itu “wah, berarti bapak mahir ya mengoperasikan ArcGis”.
Masih dengan ponselnya sembari menggoreng sostelnya bapak itu menjawab “lumayan
dek, Cuma bapak yang sangat ingin itu sekarang bisa mengoperasikan drone. Soalnya
disana yang diizinkan hanya orang-orang yang bersekolah tinggi”. Bahkan cerita
si bapak, tiap ada proyek bapak selalu diajak dan menjual sostel sebagai
sampingan pekerjaannya.
Disitu
Aku merasa tertampar, selama 6 semester ini aku kemana?. Aku difasilitasi mata
kuliah ArcGis di Semester 3 dan lanjutannya di Semester 4. Tapi Aku malah tidak
pernah menseriusinya. Bahkan ada senior yang berbaik hati meluangkan waktunya
mengajari, aku hanya sanggup sehari itupun nggak ada semangat-semangatnya. Sungguh
saat itu sama sekali Aku nggak tertarik, tiap kali diajari temanku aku nggak
pernah ada niatan serius, akhirnya saat tugasku kelar ilmuku pun memudar. Aku
merasa manusia paling bodoh yang nggak tidak bisa apa-apa dengan aplikasi
pemetaan di Laptopku. Aku selalu merasa paling lambat diantara yang lain. Aku selalu
minder, tiap teman-temanku diskusi tentang itu.
Beruntungnya,
pada saat magang aku mencoba untuk kembali belajar. Meskipun tidak semahir
teman-temanku setidaknya aku tau dasar-dasarnya. Dari bapak penjual sostel aku
belajar, dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan….
Komentar
Posting Komentar